Dreamland

Oleh Kak Adyta Purbaya

Tempat di mana segala sesuatu yang tidak mungkin bisa saja terjadi… Dreamland…

***

Alice berdiri di balik dinding melalui lobang kecil, memperhatikan sesosok kelinci yang tampak kebingungan, terkurung dalam suatu ruangan besar, dengan satu pintu kecil di salah satu sudutnya.

Alice melihat kelinci itu berulang kali mencoba memasuki pintu yang berukuran sangat kecil. Hanya muat jempol kaki kelinci itu.

Alice tertawa pelan.

“Kamu yakin dia kelinci yang benar?” tanya suara mengejutkan dari arah belakang Alice.

Alice menoleh dan mendapati ayahnya tersenyum di sana.

“Iya, yah… Alice udah mengikuti kelinci itu selama 2 bulan ini, dan Alice yakin dia adalah kelinci yang sama dengan yang waktu itu”

“Lantas kenapa dia tidak tahu bagaimana caranya melewati pintu itu?”

Alice mengangkat bahu. Tapi senyum di wajahnya tak memudar. Dia yakin kelinci itu akan tau bagaimana caranya melewati satu-satunya pintu di ruangan itu, untuk menuju tempat lain, yang lebih indah.

Alice kembali memperhatikan sang kelinci di dalam ruangan. dari celah sekecil itu, Alice bisa melihat dengan jelas apa pun yang di lakukan kelinci putih dan lucu itu.

Kelinci itu terduduk lemas seraya memandangi pintu berukuran sangat kecil. Dia seperti sedang berpikir akan sesuatu.

Tiba-tiba, seekor ulat bulu hadir di depan Kelinci, bertumpu manis di ujung kuku kaki kelinci – entah darimana datangnya. Mengejutkan kelinci.

“Ngapain melongo nggak jelas begitu? Kamu mau keluar dari sini kan?” tanya ulat bulu – ajaib – yang bisa berbicara itu.

Hei ingat! ini dreamland. apapun bisa terjadi. termasuk hewan yang bisa bicara seperti ini.

Kelinci itu masih terduduk lemas, tidak menjawab sama sekali. Dia merebahkan kepalanya di lantai, persis seperti tingkah laku anjing, kucing, dan hewan lainnya yang menyerah dengan keadaan.

Alice masih memperhatikan dari lubang kecil. tersenyum penuh arti.

“Kamu lihat di atas meja sana?” Ulat Bulu mengedikkan kepala ke arah meja yang tiba-tiba saja sudah hadir di ruangan itu. Padahal tadi ruangan itu kosong, tidak ada apapun.

Kelinci mengernyit bingung. Sangat bingung. Beberapa keanehan barus aja terjadi. Bukan beberapa tapi banyak.

Dimulai dari dirinya yang tertidur lelap di bawah pohon, dan tiba-tiba terbangun dan mendapati dirinya sudah berpindah di ruangan besar yang tadinya kosong ini. Lalu pintu berukuran sangat kecil yang membuat dia tertahan tidak bisa keluar. Dan kemunculan ulat bulu hijau yang tiba-tiba, diikuti penampakan meja yang juga sangat tiba-tiba.

baca juga : cerita fiksi lainnya

Mau tak mau kelinci itu menoleh ke arah meja rendah di sebelahnya. Ada setoples bening di atasnya.

“Kenapa cuma lihat? Dekati dong!” Ulat bulu itu bersuara lagi. kini si ulat bulu sibuk mengunyah sesuatu, permen karet atau apalah itu.

Kelinci berjalan pelan – sangat pelan, dan penuh keragu-raguan. Menghampiri meja itu. Melihat dengan seksama kedalam setoples diatasnya.

Ada puluhan permen terbungkus rapi – dan menarik di sana. ada tulisan EAT ME di setiap bungkus permen itu.

“Eat me?” desis kelinci itu pelan.

Ulat bulu sibuk bernyanyi-nyanyi sementara mulutnya terus aktif mengunyah entah apa itu.

Kelinci mengendus pelan setoples itu, harum nya sangat menarik hati. Kelinci menggigit salah satu ujung permen, BLAS, sekejap bungkus permen itu menghilang, meninggalkan permen coklat yang tampak sangat menggiurkan.  

Kelinci mengendus lagi.

“Tunggu apa lagi? Ikuti perintahnya!” Ulat Bulu berbisik.

Dengan masih ragu-ragu kelinci itu menggigit permen coklat itu, dan seketika… Badannya menyusut. Dia berubah menjadi kecil, kecil, dan terus menjadi kecil. Hingga akhirnya badannya cukup untuk melewati satu-satu nya pintu yang ada di sana.

Kelinci terperangah.

Alice tersenyum di balik lubang.

“Tunggu apa lagi sih? Kamu kebanyakan melamun! Sana… Keluar… Lewati pintu itu…” Ulat bulu memprovokasi sekali lagi.

Kali ini kelinci melangkah mantap tanpa keragu[1]raguan. Berjalan menuju pintu kecil yang sekarang sudah terasa besar karena badannya yang mengecil

Alice beranjak dari balik lubang setelah sebelumnya meraih sebuah botol berlabelkan drink me! berjalan pasti menuju suatu tempat, taman yang indah dengan rerumputan dan bunga-bunga yang tumbuh subur. ada pelangi di salah satu kaki langit, pelangi yang terus bertengger di sana dan tidak pernah pergi.

Sementara kelinci? Dia mendorong pelan pintu itu hingga terbuka. Seberkas cahaya masuk dan menyilaukan pandangannya. Kelinci berjalan pelan memasuki – atau tepatnya keluar – pintu.

“Selamat datang di dreamland, kelinci putih yang cantik….” Seru Alice bahagia ketika si kelinci berhasil melewtai pintu.

Kelinci menoleh mencari asal suara, dan mendapati putri cantik bernama Alice. Dengan rambut panjang yang selalu tertata rapi, dengan bibir merah yang selalu tersenyum, dan gaun biru muda yang tidak pernah kusut.

Alice menunduk agar bisa menyentuh kelinci itu pelan. Diangkatnya kelinci ke tangannya.

“Minum ini, yah?” Alice menyodorkan botol – yang justru terlihat sangat besar – ke arah kelinci mungil. Tanpa ba-bi-bu kelinci menurutinya, dan, dalam hitungan detik, kelinci telah kembali ke ukuran semulanya.

“Disini sepi tanpamu, aku sampai pengen balik ke dunia asli,” bisik Alice pelan di telinga kelinci.

Kelinci itu tersenyum.

Mereka melangkah bersama melangkahi dreamland. Membuat serangkaian agenda menikmati hari bersama.

Copyright © 2011, Indonesia Bercerita
http://IndonesiaBercerita.org
http://blog.IndonesiaBercerita.org

Berdiri sejak 2017, Busa Pustaka hingga saat ini telah memberikan akses baca hingga ribuan anak di Provinsi Lampung. Berawal dari tak sampai sepuluh buku dan saat ini memiliki koleksi ribuan buku anak yang terus ingin ditambah demi memfasilitasi banyak anak membaca.

Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

Scroll to Top