Malam telah larut di sekolah SMA Bintang Utama. Semua siswa dan guru telah pulang, meninggalkan bangunan sekolah yang sunyi dan hening. Namun, di dalam ruang kelas X-3, terdapat seorang siswi yang tertinggal karena terlalu larut mengerjakan tugas sekolahnya. Namanya adalah Maya, seorang gadis yang pendiam dan cenderung pemalu.
Maya sibuk menyelesaikan tugas matematikanya yang rumit ketika tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di lorong sekolah yang sepi. Awalnya, Maya mengira itu hanya suara angin atau mungkin guru yang masih berada di sekolah. Namun, suara langkah kaki tersebut semakin mendekat dan terdengar semakin jelas.
Maya merasa ada yang tidak beres. Ia memutuskan untuk menghentikan pekerjaannya dan keluar dari kelas untuk melihat apa yang sedang terjadi. Namun, ketika ia mencoba membuka pintu kelas, pintu itu terkunci rapat.
Panic, Maya mencoba mencari kunci cadangan yang biasanya tersimpan di laci meja guru. Namun, kunci itu tidak ada di tempatnya. Dalam kegelapan yang menakutkan, Maya merasa jantungnya berdebar kencang. Ia mencoba untuk tetap tenang dan memutuskan untuk mencari bantuan di ruangan lain.
Di tengah kegelapan, Maya melangkah dengan hati-hati menuju ruang kepala sekolah. Namun, ketika ia tiba di depan ruangan tersebut, ia merasa ada yang menatapnya dari balik jendela. Maya menjerit kaget dan berbalik, namun tidak ada siapa pun di sana.
Takut dan bingung, Maya berusaha untuk mencari jalan keluar dari sekolah. Namun, setiap pintu yang ia coba selalu terkunci rapat. Suara langkah kaki masih terus terdengar di lorong, membuat Maya semakin panik.
Saat itulah, Maya melihat sesosok bayangan gelap melintas di depannya. Ia berusaha memanggil siapa pun yang ada di sekolah, namun tidak ada jawaban. Bayangan tersebut menghilang begitu saja, meninggalkan Maya dalam keadaan ketakutan yang semakin mendalam.
Maya merasa seperti terperangkap di dalam mimpi buruk. Ia terus berusaha mencari jalan keluar, namun setiap pintu terlihat sama, dan semua terkunci rapat. Suara langkah kaki yang misterius semakin dekat, membuatnya semakin takut.
Tiba-tiba, semua lampu di sekolah padam secara tiba-tiba. Maya terjatuh ke lantai dalam kegelapan total. Namun, seketika itu juga, lampu kembali menyala, dan Maya menyadari bahwa ia berada di ruang kelas X-3, di meja belajarnya.
Ternyata, semuanya hanyalah mimpi buruk. Maya terkejut saat menyadari bahwa sebenarnya ia hanya tertidur di kelas setelah begadang mengerjakan tugas. Ia bersyukur bahwa semua itu hanya ilusi yang dihasilkan oleh kelelahannya.
Maya segera pulang dengan hati lega, berjanji untuk tidak pernah lagi begadang di sekolah sendirian. Ia menyadari pentingnya keselamatan dan keamanan, serta bahwa keselamatan adalah yang terpenting di atas segalanya.