Berkunjung ke Rumah Nenek

Liburan, bagi anak sekolah, merupakan hari yang selalu ditunggu-tunggu karena menyenangkan.

Ani adalah siswa SD kelas III yang terletak di tengah kota Yogyakarta. Ia sudah lama menanti saat liburan tiba. Selama ini setiap liburan panjang hanya dihabiskannya di rumah. Pada liburan kali ini, Ani ingin sepenuhnya berada di rumah neneknya, yang berada di ujung utara Kabupaten Sleman. Jaraknya agak jauh dengan rumah Ani. 

Nenek Ani bernama Widi. Beliau tinggal di daerah Sleman, di desa yang sejuk dan indah pemandangannya. Tanahnya yang subur sangat cocok ditanami apa pun. Misalnya, tanaman buah salak, padi, jagung, kacang, dan tanaman sayuran lainnya. Bukan itu saja, di sana airnya juga jernih karena banyaknya sumber air. Tidak mengherankan jika di sana banyak terdapat kolam ikan. Kolam ikan itulah yang dirindukan Ani. Kata Ani, kolam ikan itu mengasyikkan, sehingga ia ingin memancing ikan di desa neneknya. 

Hari pertama liburan tiba, Ani sibuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya ke rumah nenek. Baju tidur, celana panjang, kaus, sandal, sikat gigi, handuk, sabun, dan tidak ketinggalan buku cerita Doraemon yang sering dibacanya. Ia memasukkan barang-barang itu ke dalam tasnya hingga terasa berat karena penuh dengan bawaan Ani.

Pada hari pertama liburan itu Ani masih saja sibuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa. Maklumlah, karena hari sebelumnya Ani masih masuk sekolah. Ani akan berangkat hari kedua, sesuai pesan ayah dan ibunya. Di samping itu, ayah dan ibunya juga berpesan agar ketika di rumah neneknya tidak merepotkan orang lain, maka Ani harus sehat. Oleh karena itu, malam sebelum berangkat menuju rumah nenek pada harus istirahat biar badan tampak segar.

Pada keesokan harinya, tepat pukul 09.00 pagi, Ani berangkat bersama ayah dan ibunya. Mereka berkendara mobil yang biasa dikendarai ayahnya ke kantor.

Baca juga Petani yang Baik Hati

Seperti biasanya ketika akan berangkat ke sekolah, Ani duduk di jok depan bersama ayahnya; ibunya duduk di belakang mereka. Itulah Ani, sejak kemarin memang sudah berpesan pada ayah dan ibunya bahwa ia ingin duduk di samping ayahnya. Ani ingin menikmati pemandangan selama perjalanan menuju rumah neneknya.

Perlahan-lahan mobil melaju ke rumah Nenek Widi. Ani melambaikan tangannya disertai ucapan “Dah…dah! Bibi… dah…dah! Bibi…” tanda berpamitan kepada Bibinya penjaga rumah. Bibi pun melambaikan tangannya sambil mengucapkan, “dah…dah. Salam buat Nenek, ya…,” “Ya,ya! Jawab Ani penuh semangat. Dengan lincahnya pula dari kejauhan Ani tersenyum sambil menciumi telapak tangannya berkali-kali tanda ucapan selamat tinggal pelanpelan. bibinya tidak tampak lagi di mata Ani. 

Selama perjalanan ke rumah nenek, mereka melewati kota Yogya yang ramai menjadikan mobil sempat terhenti karena macet. Terlebih lagi, karena masa liburan, banyak orang berlibur di Yogya. Di sepanjang jalanan kendaraan tampak berjubel hingga macet. Kemacetan itu menjadikan perjalanan terasa lama untuk sampai di rumah Nenek Widi. Namun tidak mengapa, Ani malahan bisa mengamati tempat-tempat di sepanjang jalan kota. Ani jadi tahu letak Taman Pintar, Gedung Bank Indonesia, Kantor Pos Besar, jalan Malioboro, Gedung Vederbgreg, Gedung Agung, Bank BNI pusat, Rumah Sakit PKU, dan yang lain. Bagi Ani ada untungnya walaupun jalanan macet dan tidak segera sampai di rumah Nenek Widi

“Waktu sudah menunjukkan pukul 10.45 menit, namun belum sampai juga,” kata Ani. “Ayah kenapa jalannya mobil pelan sekali, Yah? Kapan sampainya?” “Tadi di Yogya sudah macet, sekarang sudah di luar kota Yogya juga laju mobil pelan. Kenapa Yah?” “Kapan sampainya?” Pertanyaan Ani bertubi-tubi hingga ibunya merasa gemas sambil menggeleng-geleng kepala tanda senang mendengar pertanyaan Ani. “Sabarlah, sebentar lagi juga sampai,” kata ibunya yang duduk di belakang Ani. Pertanyaan itu kemudian dijawab ayah Ani. “Sengaja ayah tidak mau ngebut, biar perjalanan ke rumah nenek betulbetul bisa dinikmati. Coba perhatikan di kanan-kiri kita ini, indah bukan pemandangannya?”

“Iya, ya, Yah! Lebih enak tinggal di desa ya, Yah daripada di kota yang panas, ramai, dan berpolusi.” Tidak berapa lama, tepat pukul 11.40 mereka tiba di desa neneknya Ani.

“Yah suasananya kenapa tidak berubah ya, Yah? Masih sama dengan tahun lalu. Sawah membentang luas, di pinggir jalan tumbuh pohon-pohon perindang. Di pinggir jalan pula tetap mengalir jernih sungai kecil atau parit. Dari kejauhan desa nenek juga masih terlihat sama, pohon nyiurnya menjulang dan melambai-lambai, tetap seperti dulu ya, Yah!” Coba itu Bu, lihat! Tidak berubah bukan?” kata Ani. “Iya, itulah yang kita rindukan,” jawab ibunya Ani.

“Kita sudah akan sampai ya, Yah!, ya Bu! lihat tuh!, desa nenek sudah kelihatan!” seru Ani. Oh iya, ya, tidak terasa kita sudah sampai,” kata ibunya.

Mobil sedan itu memasuki halaman rumah nenek Ani yang luas, bersih, dan rindang. Mereka telah sampai di rumah nenek Widi. Halaman rumah hidup karena berbagai macam tanaman buah-buahan, ada rambutan, mangga, duku, belimbing, melinjo, nangka, sawo, jambu, dan pete. Agak jauh di kebun nenek tumbuh juga pohon kelapa menjadikan rumah Nenek Widi tampak asri. Halaman luas dan banyak pepohonan itulah yang menjadikan Ani, ayah, dan ibunya merindukannya.

Ani bergegas turun dari mobil; segera menghampiri neneknya yang sedang duduk di teras. Beliau menunggu kedatangan mereka di teras yang dipenuhi kursi dan potpot bunga itu. 

“Nek! Ani datang Nek! Ani bersama Ayah dan Ibu!” seru Ani sambil berlari menghampiri neneknya yang rambutnya memutih itu. 

“Aduuuh, cucuku datang! Sudah besar dan cantik ya sekarang!” kata nenek gembira sambil memeluk dan menciumi pipi Ani yang gembil itu. 

Diterbitkan oleh : A.Com Press

Berdiri sejak 2017, Busa Pustaka hingga saat ini telah memberikan akses baca hingga ribuan anak di Provinsi Lampung. Berawal dari tak sampai sepuluh buku dan saat ini memiliki koleksi ribuan buku anak yang terus ingin ditambah demi memfasilitasi banyak anak membaca.

Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

Scroll to Top