Rumah Baru, Kuntilanak Merah

Keluarga Wirawan baru saja pindah ke sebuah rumah tua yang terletak di pinggiran kota. Mereka sangat senang dengan rumah baru mereka, meskipun terlihat agak seram dan terabaikan. Namun, mereka tidak menyadari bahwa rumah itu menyimpan rahasia yang mengerikan.

Saat malam tiba, mereka mulai merasakan kehadiran yang aneh di rumah tersebut. Mereka sering mendengar suara-suara aneh, seperti tangisan perempuan yang memilukan dan langkah kaki yang bergeming di lorong-lorong gelap. Namun, mereka mengabaikan hal tersebut dan berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Suatu malam, Anisa, putri bungsu keluarga Wirawan, terbangun karena merasa haus. Ia bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju dapur. Namun, ketika ia berjalan melewati ruang tengah, ia melihat bayangan perempuan berpakaian merah melayang di udara.

Anisa berhenti sejenak, mencoba memastikan apa yang sedang dilihatnya. Namun, bayangan itu tiba-tiba menghilang begitu saja. Anisa merasa takut, tetapi ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu mungkin hanya bayangan atau imajinasi belaka.

Keesokan harinya, Anisa menceritakan pengalamannya kepada kakaknya, Dito. Dito tidak terlalu percaya, tetapi ia juga merasa ada yang tidak beres dengan rumah mereka. Mereka sepakat untuk mencari tahu lebih lanjut tentang sejarah rumah itu.

Setelah melakukan beberapa penelitian, mereka menemukan bahwa rumah itu dulunya dihuni oleh seorang perempuan muda bernama Sari, yang meninggal secara tragis karena terbakar dalam kebakaran di rumah itu puluhan tahun yang lalu. Konon, roh Sari kini masih menghantui rumah itu dengan pakaian merah yang dikenakannya saat itu.

Keesokan malamnya, Anisa dan Dito memutuskan untuk melakukan sesi pengusiran roh di rumah mereka. Mereka membakar kemenyan dan membaca mantra-mantra yang mereka temukan dari buku-buku kuno. Namun, saat mereka melakukan ritual itu, suasana di rumah menjadi semakin gelap dan menyeramkan.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara tangisan perempuan yang datang dari ruang tengah. Mereka melihat bayangan Sari muncul di depan mereka, dengan wajah yang penuh dengan kemarahan. Sari, dalam keadaan marah, berteriak dan menggeram pada mereka, menuntut agar mereka meninggalkan rumahnya.

Anisa dan Dito ketakutan, tetapi mereka tetap berusaha untuk menyelesaikan ritual pengusiran roh. Mereka terus membaca mantra-mantra sambil berusaha menghadapi ketakutan mereka. Akhirnya, setelah beberapa saat, bayangan Sari mulai memudar dan akhirnya menghilang sepenuhnya.

Anisa dan Dito merasa lega ketika mereka menyadari bahwa roh Sari akhirnya telah pergi. Mereka berjanji untuk selalu waspada dan berhati-hati di rumah mereka yang baru. Dengan perasaan lega, mereka kembali tidur, berharap bahwa ketenangan akan kembali menghampiri rumah mereka.

Berdiri sejak 2017, Busa Pustaka hingga saat ini telah memberikan akses baca hingga ribuan anak di Provinsi Lampung. Berawal dari tak sampai sepuluh buku dan saat ini memiliki koleksi ribuan buku anak yang terus ingin ditambah demi memfasilitasi banyak anak membaca.

Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

Scroll to Top