Sekali di hutan rimba yang lebat, hiduplah seekor buaya muda yang ceria bernama Cici. Cici memiliki seorang teman terbaik, seekor burung hantu bernama Otto. Mereka selalu bermain dan menjelajahi hutan bersama-sama. Suatu hari, mereka berdua memutuskan untuk menjelajahi sebuah danau yang tersembunyi di dalam hutan.
Mereka tiba di danau itu dengan penuh semangat. Cici merasa senang bisa berenang di dalam air segar, sementara Otto duduk di atas cabang pohon dan melihat keindahan sekitar. Mereka berdua tertawa dan bercanda sepanjang hari, menciptakan kenangan indah yang tak terlupakan.
Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung selamanya. Suatu pagi, ketika matahari baru saja terbit, Cici bangun dan mencari Otto. Dia meneriakkan namanya berkali-kali, tetapi tidak ada jawaban. Hatinya mulai gelisah. Cici mencari Otto di pohon-pohon tempat biasanya dia hinggap, di sarangnya, dan di sekitar danau. Namun, burung hantu temannya tidak ada tanda-tanda.
Cici semakin cemas dan kebingungan. Dia bertanya kepada hewan-hewan lain di hutan, tetapi tidak ada yang tahu tentang keberadaan Otto. Dalam hati yang sedih, Cici memutuskan untuk mencari Otto sendirian. Dia menjelajahi hutan, mengikuti jejak-jejak yang mungkin ditinggalkan oleh temannya.
Hari berganti hari, dan Cici tetap tidak menemukan jejak yang jelas. Dia merasa semakin putus asa dan kesepian. Suatu malam, di tengah hujan lebat, Cici duduk di tepi danau yang mereka kunjungi bersama Otto. Dia merenung dan teringat semua kenangan indah yang mereka miliki bersama.
Tiba-tiba, terdengar suara lembut di udara. Cici memandang ke atas dan melihat cahaya lembut dari bulan purnama. Cahaya itu terlihat begitu akrab baginya. Ketika cahaya semakin mendekat, Cici melihat bayangan Otto terbang mendekatinya. Burung hantu itu mendarat dengan lembut di dekat Cici.
“Cici, maafkan aku karena telah menghilang begitu saja,” kata Otto dengan lembut. “Aku terbang menjauh untuk mencari makanan yang jarang ada di hutan ini. Aku merasa sangat bersalah karena membuatmu khawatir.”
Cici merasa lega dan bahagia melihat Otto kembali. Mereka berdua berpelukan erat, merasakan kehangatan persahabatan mereka. Cici mengatakan betapa merindukannya, dan Otto juga merasakan hal yang sama. Mereka berjanji untuk selalu saling berbicara tentang keinginan dan rencana mereka, agar tidak ada lagi kesalahpahaman.
Dari hari itu, Cici dan Otto kembali menjalani petualangan bersama. Mereka belajar bahwa kehilangan bukan berarti akhir dari segalanya, tetapi bisa menjadi peluang untuk memperkuat ikatan mereka. Setiap kali mereka berdua mengunjungi danau, mereka akan mengingat kembali bagaimana mereka melewati masa sulit dan tetap bersama dalam persahabatan yang tak tergoyahkan.