Malam Ekstrakurikuler: Misteri di Balik Gerbang SMA (BAB 1)

Bab 1: Malam Pertama dan Bayangan di Lapangan

Kegiatan ekstrakurikuler di SMA Harapan Jaya selalu menjadi momen yang dinanti oleh para siswa. Bukan hanya untuk menambah prestasi atau memperluas wawasan, tetapi juga untuk membangun persahabatan yang lebih erat. Namun, tidak ada yang menyangka bahwa malam itu, pada pertemuan pertama ekstrakurikuler malam, sesuatu yang aneh akan terjadi.

Awal yang Berbeda

Malam itu, kelompok jurnalistik SMA Harapan Jaya memulai pertemuan pertama mereka. Sekolah telah mengizinkan para siswa untuk menggunakan ruangan aula hingga larut malam. Dengan semangat, mereka berkumpul membawa kamera, buku catatan, dan semangat penuh gairah untuk berburu cerita unik di sekitar sekolah.

Di tengah briefing awal yang dipimpin oleh Kak Dinda, ketua ekstrakurikuler jurnalistik, tiba-tiba lampu aula berkedip beberapa kali. Siswa-siswa saling bertukar pandangan. “Ah, mungkin cuma tegangan listrik,” kata Kak Dinda sambil tertawa kecil. Tapi rasa dingin yang tiba-tiba menyergap ruangan membuat beberapa siswa merinding.

Tantangan untuk Tim

Untuk melatih keterampilan jurnalistik mereka, Kak Dinda membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil. Tugas mereka adalah menjelajahi area sekolah untuk menemukan cerita menarik yang bisa diangkat ke dalam buletin sekolah.

Farah, seorang siswa kelas XI yang selalu penasaran, mendapatkan tugas untuk menyelidiki lapangan sekolah yang katanya memiliki sejarah menyeramkan. Bersama temannya, Raka dan Nina, mereka memulai perjalanan menuju lapangan yang berada di ujung timur sekolah.

Suara Misterius

Saat mereka mendekati lapangan, suasana berubah menjadi sunyi senyap. Tidak ada suara jangkrik, tidak ada angin yang berembus, hanya keheningan yang membuat udara terasa berat.

“Tunggu,” kata Farah sambil menghentikan langkahnya. “Kalian dengar itu?”

Raka dan Nina saling memandang. “Apa? Aku nggak dengar apa-apa,” jawab Raka, tapi matanya terus menyapu area sekitar.

Farah mendengarnya lagi—suara langkah kaki di belakang mereka. Tapi saat dia menoleh, tidak ada apa-apa. Hanya bayangan mereka sendiri yang memanjang di bawah lampu lapangan yang redup.

Penemuan di Lapangan

Ketika mereka tiba di tengah lapangan, Farah menunjuk sesuatu yang terlihat seperti bekas jejak kaki di tanah. Jejak itu tampak aneh, tidak menyerupai kaki manusia ataupun binatang.

“Aku yakin ini jejak kaki,” bisik Farah.

Nina menggeleng. “Nggak mungkin. Siapa yang jalan di sini malam-malam?”

Saat mereka membungkuk untuk mengamati lebih dekat, lampu lapangan tiba-tiba padam. Kegelapan total menyelimuti mereka. Nina berteriak, dan Raka mengeluarkan ponselnya untuk menyalakan senter.

Namun, dalam cahaya senter yang gemetar, mereka melihat sesuatu—bayangan seorang anak kecil berdiri di sudut lapangan. Bayangan itu tidak bergerak, hanya diam memandang ke arah mereka.

“Lari!” teriak Raka, dan ketiganya bergegas meninggalkan lapangan tanpa menoleh ke belakang.

Berdiri sejak 2017, Busa Pustaka hingga saat ini telah memberikan akses baca hingga ribuan anak di Provinsi Lampung. Berawal dari tak sampai sepuluh buku dan saat ini memiliki koleksi ribuan buku anak yang terus ingin ditambah demi memfasilitasi banyak anak membaca.

Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

Scroll to Top