Di sebuah sekolah pedesaan yang terletak di tengah-tengah perbukitan, terdapat seorang “guru killer” yang dikenal dengan kekejamannya. Namanya adalah Bapak Rahmat, seorang guru matematika yang tegas dan tidak kenal ampun terhadap siswa-siswanya.
Bapak Rahmat adalah sosok yang selalu menuntut keunggulan dari setiap siswa. Namun, caranya yang keras dan kata-katanya yang tajam sering membuat siswa-siswanya merasa takut dan tertekan. Ia tidak segan untuk memberikan hukuman fisik kepada siswa yang dianggapnya tidak patuh atau tidak bisa menjawab pertanyaan dengan benar.
Di antara semua siswa, ada seorang anak bernama Adit. Adit adalah seorang siswa yang cerdas, tetapi ia sering menjadi korban dari kekejaman Bapak Rahmat. Setiap kali Adit melakukan kesalahan kecil, Bapak Rahmat selalu menghukumnya dengan sangat keras, baik secara fisik maupun verbal.
Adit merasa terjepit di antara rasa takut kepada Bapak Rahmat dan keinginannya untuk menunjukkan kemampuannya. Ia berusaha keras untuk tetap berkonsentrasi di kelas dan mencoba menyelesaikan setiap tugas dengan baik. Namun, tekanan yang ditimbulkan oleh kekejaman Bapak Rahmat membuatnya sulit untuk berkembang secara maksimal.
Suatu hari, ketika Adit tidak mampu menjawab pertanyaan Bapak Rahmat di depan kelas, ia dipermalukan di hadapan teman-temannya. Hal itu membuatnya merasa putus asa dan frustasi. Namun, di tengah-tengah kesedihan, Adit bertemu dengan seorang guru lain, Bu Ana, yang sangat peduli dan penyayang.
Bu Ana adalah guru baru di sekolah itu, yang memiliki pendekatan yang berbeda dalam mengajar. Ia tidak hanya fokus pada hasil akademik, tetapi juga memperhatikan perkembangan emosional dan kesejahteraan siswa-siswanya. Adit merasa diperhatikan dan didukung oleh Bu Ana, yang membuatnya merasa semakin bersemangat untuk belajar.
Dengan bantuan dan dorongan dari Bu Ana, Adit mulai mengatasi ketakutannya terhadap Bapak Rahmat. Ia belajar untuk percaya pada kemampuannya sendiri dan tidak takut untuk berbicara jika merasa tidak diperlakukan dengan adil. Bu Ana juga membantu Adit untuk mengembangkan potensinya dan meraih prestasi yang gemilang.
Sementara itu, Bapak Rahmat, yang semakin merasa terancam oleh keberhasilan Adit, terus meningkatkan tekanan dan kekejamannya. Namun, semakin Bapak Rahmat mencoba menjatuhkan Adit, semakin kuat pula Adit bersama dukungan Bu Ana.
Pada akhirnya, Adit berhasil meraih prestasi yang gemilang dalam ujian akhir tahun. Keberhasilannya itu tidak hanya membuktikan kemampuannya sebagai siswa yang cerdas, tetapi juga sebagai bukti bahwa cinta, dukungan, dan kepedulian seorang guru dapat membawa perubahan yang besar dalam hidup seorang siswa. Adit pun menyadari bahwa meskipun ada guru yang kejam, selalu ada guru yang peduli dan menyayangi siswanya.