Di tepi danau yang indah, hiduplah seorang burung bangau bernama Anggun. Anggun memiliki bulu putih bersih dan leher yang panjang, membuatnya tampak anggun dan memukau. Namun, sayangnya, Anggun memiliki sifat yang sangat angkuh.
Setiap hari, Anggun berjalan di sekitar danau dengan kepala tegak tinggi, merasa bahwa dirinya adalah burung paling indah di antara mereka yang lain. Ia selalu mengunggulkan kecantikannya kepada teman-temannya dan seringkali menganggap dirinya lebih istimewa.
Suatu hari, burung bangau lain bernama Bima berusaha mendekati Anggun. Bima ingin berteman dan berbagi keindahan danau bersama. Namun, Anggun menolak dengan sombong, merasa bahwa Bima tidak setara dengannya.
Waktu berlalu, dan musim kering pun tiba. Danau yang indah itu mulai kekeringan, dan makanan menjadi sulit didapat. Teman-teman burung bangau, termasuk Bima, bekerja sama untuk mencari makanan dan saling membantu. Mereka mengerti bahwa kebersamaan adalah kunci untuk bertahan hidup.
Anggun, yang masih angkuh, menolak bergabung dengan upaya bersama. Dia merasa bahwa dia bisa mengatasi segalanya sendiri. Namun, ketika sumber makanan semakin berkurang, bahkan Anggun pun mulai merasa kesulitan.
Akhirnya, Anggun menyadari bahwa kecantikan fisiknya tidak cukup untuk membuatnya bahagia. Ia merasa kesepian dan menyesal karena telah menolak bantuan teman-temannya. Dengan malu, Anggun mendekati Bima dan yang lainnya, meminta maaf dan meminta bantuan.
Bima dan teman-temannya menerima Anggun dengan tangan terbuka. Mereka bersama-sama mencari makanan dan melalui kesulitan bersama. Anggun belajar bahwa kebersamaan dan kerendahan hati lebih berharga daripada keangkuhan. Dari saat itu, Anggun menjadi lebih ramah dan bijaksana, dan keindahannya menjadi lebih bersinar ketika disertai dengan kerendahan hati dan kebaikan hati.