Di sebuah pulau terpencil yang dikelilingi oleh hutan lebat dan ombak yang tenang, hiduplah seorang nenek tua bernama Nyai Marini. Pulau itu terisolasi dari dunia luar, sehingga hanya sedikit orang yang tahu tentang keberadaannya. Nyai Marini tinggal sendirian di sebuah rumah kayu tua yang terletak di tepi pantai.
Sejak zaman dulu, penduduk setempat selalu menyebut pulau itu sebagai tempat yang angker dan penuh misteri. Konon, ada kisah-kisah horor yang berkeliaran di antara pepohonan dan gelapnya malam. Beberapa orang bahkan mengatakan bahwa mereka pernah mendengar suara-suara aneh yang berasal dari dalam hutan saat malam tiba.
Nyai Marini, dengan rambut putihnya yang panjang dan mata yang tajam, sering kali terlihat berjalan-jalan di sekitar pulau pada malam hari. Beberapa orang berani mencoba mendekati rumahnya, tetapi sering kali pulang dengan wajah pucat dan kisah yang menakutkan.
Suatu malam, sekelompok remaja yang iseng memutuskan untuk mencari tahu kebenaran di balik kisah-kisah horor tersebut. Mereka bersembunyi di antara pepohonan, mengintai gerak-gerik Nyai Marini dari kejauhan. Namun, semakin lama mereka mengamati, semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak wajar dengan nenek tua itu.
Ketika bulan purnama muncul di langit, Nyai Marini tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah semak-semak tempat remaja itu bersembunyi. Hatinya berdebar kencang ketika mereka menyadari bahwa nenek itu seolah-olah bisa merasakan keberadaan mereka. Tanpa berkata sepatah kata pun, Nyai Marini melangkah menuju arah mereka.
Saat itu, kegelapan malam tiba-tiba menjadi lebih pekat, dan hanya cahaya bulan purnama yang menerangi wajah Nyai Marini yang kini tampak begitu mengerikan. Remaja-remaja itu ketakutan dan mencoba lari, tetapi langkah mereka terasa seperti terperangkap dalam lumpur. Mereka berusaha berteriak, namun suara mereka terdengar terputus-putus.
Nyai Marini mendekati mereka dengan perlahan, dan cahaya bulan purnama semakin menyala di matanya yang tajam. Saat dia berbicara, suaranya terdengar seperti desiran angin malam yang menusuk tulang. “Kalian mengganggu ketenangan pulau ini,” kata Nyai Marini dengan suara yang menusuk ke dalam hati.
Sejak saat itu, tidak ada yang pernah mendengar atau melihat remaja-remaja itu lagi. Pulau itu kembali sepi, dan kisah horor tentang Nyai Marini semakin berkembang menjadi legenda yang menakutkan. Tidak ada yang berani mendekati pulau itu lagi, takut akan nasib yang sama dengan mereka yang mengganggu ketenangan nenek tua di pulau terpencil itu.