Dina selalu merasa ada yang janggal di rumah baru sahabatnya, Anya. Rumah itu terkesan suram, meski berada di perumahan yang ramai. Apalagi setelah Anya kehilangan ibunya beberapa bulan lalu, suasana di rumah itu semakin mencekam.
Dina sering diajak Anya menginap. Setiap malam, Dina selalu terbangun karena mendengar suara langkah kaki pelan di lantai atas. Awalnya, ia mengira itu hanya angin atau suara rumah tua. Namun, ketika ia mencoba mengintip ke kamar Anya, ia melihat bayangan seorang wanita di balik jendela kamar mandi. Bayangan itu sangat mirip dengan ibu Anya.
Kejadian itu semakin sering terjadi. Kadang, Dina mendengar suara tangisan lirih dari kamar mandi. Ia juga pernah melihat bayangan itu sedang menyisir rambut panjangnya di depan cermin. Ketakutan mulai merasuki hati Dina. Ia mencoba memberitahu Anya, namun Anya hanya tertawa kecil dan mengatakan bahwa itu mungkin hanya imajinasinya.
Suatu malam, ketika Dina sedang tidur, ia terbangun karena merasakan ada yang menyentuh kakinya. Ia membuka mata dan melihat bayangan itu berdiri di samping tempat tidurnya. Bayangan itu menatapnya dengan tatapan kosong dan dingin. Dina berteriak sekuat tenaga.
Anya yang terbangun langsung menyalakan lampu. Namun, bayangan itu sudah menghilang. Anya mencoba menenangkan Dina, tapi Dina ketakutan dan meminta pulang.
Keesokan harinya, Dina menceritakan semuanya kepada ibunya. Ibunya menyarankan agar mereka mengunjungi seorang paranormal. Setelah melakukan penyelidikan singkat, paranormal itu mengungkapkan bahwa di rumah Anya terdapat energi negatif yang sangat kuat. Konon, arwah ibu Anya belum tenang dan masih terikat di rumah itu.
Paranormal itu menyarankan agar mereka melakukan ritual untuk mengusir arwah tersebut. Ritual itu dilakukan pada malam hari di kamar mandi tempat Dina sering melihat bayangan. Selama ritual berlangsung, suasana menjadi sangat mencekam. Tiba-tiba, lampu padam dan terdengar suara jeritan histeris dari kamar mandi.
Ketika lampu dinyalakan kembali, bayangan itu sudah tidak ada lagi. Anya merasa lega, namun ia juga merasa kehilangan. Ia menyadari bahwa ibunya masih sangat berarti baginya.
Sejak saat itu, suasana di rumah Anya mulai berubah. Rumah itu tidak lagi terasa suram. Anya mulai bisa menerima kepergian ibunya dan melanjutkan hidupnya. Dina pun merasa lebih tenang ketika berkunjung ke rumah Anya.