Pada malam yang kelam di SMA Harapan Bangsa, lima sahabat: Raka, Dina, Sari, Bimo, dan Ardi, memutuskan untuk menguji nyali dengan menjelajahi gedung sekolah yang terkenal angker tersebut. Mereka telah mendengar banyak cerita aneh tentang sekolah itu, tetapi rasa penasaran mengalahkan ketakutan mereka.
“Sudah siap, kan?” tanya Raka dengan senyum penuh semangat di wajahnya.
“Yakin banget. Kalau ada apa-apa, tanggung jawab bareng!” jawab Bimo dengan nada antusias meskipun tangannya sedikit gemetar.
Mereka mulai dengan masuk lewat jendela ruang kelas XII IPA yang sering menjadi sumber suara-suara aneh. Jendela itu agak sulit dibuka, tetapi dengan sedikit usaha, mereka berhasil menyelinap masuk. Begitu mereka masuk, ruangan terasa lebih dingin dari biasanya. Dina merapatkan jaketnya sambil memberikan senter kepada Sari.
“Rasanya… ada sesuatu yang mengawasi kita,” bisik Dina dengan nada cemas.
Ketika mereka sedang mengecek tiap sudut ruangan, sebuah bisikan terdengar, “Lari… Sebelum terlambat…” Suara itu semakin keras dan bergema di ruangan yang kosong. Raka menyalakan senter dan melihat bayangan aneh melayang di depan papan tulis. Pandangannya terfokus sejenak, merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Lihat! Apa itu?” seru Ardi, suaranya bergetar.
Sebelum mereka bisa bereaksi, bayangan itu mendekat dengan cepat, dan mereka segera lari keluar ruangan, jantung mereka berdebar kencang. Bayangan tersebut seolah mengejar mereka, meninggalkan jejak dingin dalam lintasan yang dilaluinya.
Namun, rasa takut mereka tidak mematahkan semangat untuk menyelesaikan petualangan mereka. Bisikan tadi terasa seperti peringatan dan mereka penasaran dari mana asalnya. Mereka tak bisa mengabaikan hal-hal yang sudah terlanjur terjadi.