Gedung laboratorium di SMA Harapan Jaya adalah salah satu bangunan yang jarang digunakan, terutama setelah renovasi besar-besaran beberapa tahun lalu. Banyak siswa yang menghindari tempat ini karena suasananya yang sunyi dan menyeramkan, meskipun bangunannya tampak modern. Namun, cerita misteri yang berkembang membuat gedung ini semakin dijauhi. Konon, pernah terjadi kecelakaan di laboratorium kimia, di mana seorang guru kimia tewas karena ledakan. Sejak saat itu, beberapa siswa mengaku mendengar suara langkah kaki, ledakan kecil, atau bahkan bau bahan kimia yang menyengat di malam hari.
Malam ini, Dita, Faris, dan Rio ditugaskan untuk menyelidiki gedung laboratorium. Meski awalnya mereka antusias, suasana gedung yang mencekam segera mengubah keberanian mereka menjadi ketakutan.
Memasuki Gedung Laboratorium
Ketiganya memasuki gedung melalui pintu samping, karena pintu utama sudah terkunci. Begitu masuk, bau bahan kimia yang menyengat langsung tercium.
“Kenapa baunya seperti ini? Bukannya laboratorium ini sudah lama nggak dipakai?” tanya Dita sambil menutup hidung dengan saputangan.
“Mungkin ada bahan kimia yang bocor,” jawab Faris, mencoba mencari alasan logis.
Rio menyinari ruangan dengan senter. Rak-rak penuh botol bahan kimia tampak berdebu, tetapi beberapa botol terlihat seperti baru saja dipindahkan.
“Lihat ini,” kata Rio sambil menunjuk botol yang tersusun rapi di meja laboratorium. “Ini nggak mungkin baru, kan?”
Cahaya di Ruang Kimia
Ketika mereka melangkah lebih jauh, mereka melihat cahaya redup dari salah satu ruangan.
“Apa ada orang di sana?” tanya Dita dengan nada gemetar.
Faris mengangguk pelan dan memimpin jalan menuju ruangan tersebut. Ketika mereka membuka pintu, ruangan itu kosong, tetapi lampu meja kecil menyala di sudut ruangan, menerangi sebuah buku catatan tua yang terbuka.
“Ini aneh,” ujar Faris sambil mengambil buku tersebut. Di dalamnya, tertulis catatan eksperimen dengan tulisan tangan yang rapi, tetapi tinta di halaman terakhir tampak seperti baru saja ditulis.
“Kita nggak sendiri di sini,” bisik Rio.
Suara Ledakan Kecil
Tiba-tiba, terdengar suara ledakan kecil dari ruangan di ujung koridor, diikuti dengan bau menyengat yang lebih kuat.
“Jangan bilang ada yang sedang melakukan eksperimen di sini,” kata Dita.
“Mana mungkin. Gedung ini sudah nggak digunakan selama bertahun-tahun,” balas Faris.
Namun, ketika mereka berjalan menuju sumber suara, mereka mendengar langkah kaki yang cepat, seperti seseorang yang berlari.
“Siapa itu?” teriak Rio, tetapi tidak ada jawaban.
Penampakan di Laboratorium Biologi
Mereka akhirnya sampai di ruangan laboratorium biologi, tempat suara ledakan tadi berasal. Ruangan itu penuh dengan meja-meja yang di atasnya terdapat kerangka manusia tiruan dan model anatomi.
“Kenapa rasanya tempat ini lebih menyeramkan?” bisik Dita.
Ketika mereka memeriksa ruangan, salah satu kerangka tiruan tiba-tiba jatuh dari gantungannya. Ketiganya melompat mundur, panik.
Namun, yang lebih menyeramkan adalah ketika mereka melihat pantulan di jendela kaca ruangan. Ada bayangan seorang pria dengan jas laboratorium berdiri di belakang mereka, meskipun ketika mereka berbalik, ruangan itu kosong.
“Keluar sekarang juga!” teriak Rio.
Pelarian yang Terhenti
Mereka berlari keluar dari laboratorium biologi, tetapi pintu yang tadi terbuka kini tertutup rapat. Faris mencoba membukanya dengan keras, tetapi pintu itu tidak bergerak sedikit pun.
“Ini nggak mungkin!” katanya dengan putus asa.
Dari ujung koridor, mereka mendengar suara langkah kaki mendekat perlahan. Suara itu semakin lama semakin keras, seperti sengaja menghantui mereka.
Ketika mereka menoleh, terlihat sosok pria dengan jas laboratorium, wajahnya terbakar sebagian, berdiri di ujung koridor sambil membawa tabung kimia yang mengeluarkan asap.
“Dia… dia bukan manusia!” teriak Dita.
Menyelamatkan Diri
Akhirnya, Rio menemukan pintu darurat di samping koridor. Mereka bertiga segera berlari menuju pintu tersebut dan berhasil keluar sebelum sosok itu semakin dekat.
Begitu mereka sampai di luar, gedung laboratorium kembali sunyi, seolah-olah tidak ada apa-apa yang terjadi. Namun, ketika mereka melihat ke jendela lantai dua, sosok pria dengan jas laboratorium itu masih berdiri di sana, mengawasi mereka dengan tatapan kosong.