Setelah kejadian di lorong bawah tanah, mereka semakin penasaran, tapi juga semakin ketakutan. Mereka merasa ada sesuatu yang belum terungkap. Kali ini, mereka memutuskan untuk memasuki kelas yang dikenal oleh para siswa sebagai “kelas berhantu”. Banyak cerita mengatakan bahwa kelas ini pernah menjadi tempat seorang guru keras mati mendadak di tengah pengajaran.
“Kalau cerita-cerita itu benar, mungkin kita bisa menemukan petunjuk di sini,” Raka mencoba memberanikan diri. Mereka masuk ke dalam kelas dengan hati-hati. Lampu senter mereka kali ini tidak cukup menerangi ruangan yang banyak bayangannya.
Ketika mereka masuk, papan tulis yang seharusnya kosong tiba-tiba dipenuhi dengan tulisan-tulisan misterius dalam bahasa yang mereka tidak mengerti. Di salah satu sudut kelas, saklar lampu tiba-tiba menyala sendiri, memperlihatkan sosok hantu seorang pria paruh baya dengan tatapan kosong.
Wajahnya pucat dengan luka bekas sayatan, dan dia memegang sebilah kapur yang berlumuran darah. Dia mulai menulis lagi di papan tulis dengan suara serak: “Keluar atau kalian akan seperti kami.”
Tiba-tiba, suhu ruangan turun drastis dan terdengar suara ketukan keras di jendela. Ketika mereka melihat ke arah jendela, mereka terkejut mendapati wajah gadis tanpa mata dari lab biologi mengintip masuk, menakutkan dengan tatapan kosong.
Ardi tak bisa menahan dirinya, “Sudah cukup! Kita harus pergi dari sini!” Mereka semua setuju dan segera berlari keluar kelas, tapi gadis itu tampak mengikuti mereka dari jendela ke jendela, seolah memanggil dengan isyarat untuk diikutsertakan.