Bintang-bintang berkelap-kelip seolah menyambutnya malam itu. Mata Bara, bocah lelaki berusia 10 tahun, terpaku pada layar televisi. Jantungnya berdebar kencang mengikuti siaran langsung peluncuran roket SpaceX. Detik demi detik ia tunggu dengan napas tersenggal.
Saat roket berhasil mendarat dengan sempurna di atas tiang pendaratan, Bara bersorak sekuat tenaga. Ia melompat kegirangan, tubuh mungilnya seakan melayang mengikuti roket yang baru saja menoreh sejarah. Mimpi yang selama ini hanya ada dalam imajinasinya, kini terasa begitu nyata dan dekat.
Sejak kecil, Bara memang sangat mengagumi luar angkasa. Ia sering menghabiskan waktu di malam hari dengan teropong bintang pemberian ayahnya, mengamati gugusan galaksi yang begitu luas dan misterius. Buku-buku tentang astronot dan planet-planet menjadi bacaan favoritnya. Namun, baru kali ini ia merasakan getaran semangat yang begitu besar untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang astronot.
“Bu, aku ingin menjadi astronot!” seru Bara dengan mata berbinar.
Ibunya tersenyum lembut, mengusap rambut Bara. “Tentu saja, Nak. Cita-cita setinggi langit itu sangat bagus. Tapi ingat, menjadi astronot itu tidak mudah. Kamu harus rajin belajar, menjaga kesehatan, dan terus berusaha.”
Bara mengangguk mantap. Sejak saat itu, ia semakin giat belajar, terutama mata pelajaran sains dan matematika. Ia mengikuti berbagai kompetisi sains dan selalu meraih prestasi. Setiap hari, ia meluangkan waktu untuk membaca buku tentang astronomi dan eksplorasi luar angkasa.
Tahun berganti tahun, Bara tumbuh menjadi remaja yang cerdas dan berbakat. Ia berhasil diterima di universitas ternama dengan jurusan teknik penerbangan. Selama kuliah, ia aktif mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan astronot, seperti klub roket dan simulasi penerbangan.
Setelah lulus kuliah, Bara mendapatkan kesempatan untuk bekerja di sebuah perusahaan antariksa. Ia terlibat dalam proyek pengembangan roket terbaru. Setiap hari, ia bekerja keras bersama timnya, mewujudkan mimpi untuk menjelajah luar angkasa.
Suatu hari, Bara mendapat kabar gembira. Ia terpilih sebagai salah satu calon astronot untuk misi penerbangan ke Mars. Bara merasa sangat bersyukur atas kesempatan emas ini. Ia tahu, perjalanan ini akan menjadi petualangan yang panjang dan penuh tantangan. Namun, ia siap menghadapinya dengan penuh semangat.
Sebelum berangkat, Bara menulis surat untuk ibunya. Ia berterima kasih atas dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan. Ia juga berjanji akan selalu mengingat pesan ibunya untuk terus belajar dan berusaha.
Dengan semangat membara, Bara menaiki pesawat ruang angkasa menuju planet merah. Saat melihat Bumi dari luar angkasa, ia merasa begitu kecil dan tidak berarti. Namun, di saat yang sama, ia juga merasa sangat bangga menjadi bagian dari umat manusia yang terus berusaha untuk menjelajahi alam semesta.
Pesan Moral: Cerita ini mengajarkan kita bahwa mimpi setinggi langit pun bisa tercapai jika kita memiliki semangat yang kuat, kerja keras, dan dukungan dari orang-orang di sekitar kita.