Di sebuah rumah sederhana yang dipenuhi tawa dan keceriaan, hiduplah seorang gadis kecil bernama Anisa. Anisa adalah adik bungsu dari dua bersaudara. Ia memiliki mata yang cerah dan senyum yang tak pernah pudar, tetapi di balik keceriaannya, terdapat kisah tentang kesulitan yang dirasakan oleh keluarga kecil mereka.
Anisa, dengan rambut kusut dan senyumnya yang menggemaskan, sering kali membuat hari-hari keluarga menjadi lebih hidup. Namun, ada satu hal yang membuatnya berbeda: sifatnya yang rewel. Anisa sering merengek dan menangis jika keinginannya tidak terpenuhi. Ia memiliki cara yang unik untuk menyampaikan keinginannya, terkadang dengan menangis keras atau merengek dengan wajah cemberut.
Meskipun keluarga mencintainya tanpa batas, namun rewelnya Anisa kadang-kadang membuat hari-hari mereka menjadi melelahkan. Ibunya yang bekerja keras di luar rumah selalu berusaha yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan Anisa, namun terkadang, lelah dan keletihan menyelinap masuk.
Suatu hari, Anisa jatuh sakit. Ruangan kecil tempat tidurnya yang sebelumnya penuh tawa, kini diisi oleh rintihan kecil dan suhu tubuh yang tinggi. Keluarga berduka, dan Ibunya terus mencoba untuk memberikan perawatan terbaik. Anisa yang selalu rewel, kini hanya bisa terbaring lemah tanpa mampu menyampaikan keinginannya.
Malam itu, Ibunya duduk di sisi tempat tidur Anisa sambil mengusap keningnya. “Maafkan Mama, Nak. Mama tidak bisa membuatmu nyaman seperti biasanya,” kata Ibunya dengan suara lembut, sedangkan Anisa hanya menatap lemas ke arahnya.
Keesokan paginya, Anisa terbangun dengan mata yang masih sayu. Namun, kali ini, matanya penuh kelembutan. Ia memeluk Ibunya erat dan berkata, “Maafin Anisa, Mama. Anisa sayang Mama.”
Ibunya tersenyum lembut sambil mencium kening Anisa. “Mama juga sayang Anisa. Kamu adalah sinar matahari Mama.”
Sejak saat itu, meskipun Anisa masih memiliki sifat rewelnya, keluarga belajar untuk lebih menghargai setiap momen kebersamaan. Mereka menyadari bahwa cinta dan kasih sayang keluarga adalah obat terbaik, bahkan dalam keadaan sulit sekalipun. Anisa yang sebelumnya hanya mengekspresikan keinginannya dengan cara rewel, kini tumbuh menjadi gadis kecil yang lebih mengerti arti dari pelukan dan cinta keluarga.