Suasana senja menyelimuti kawasan kuburan tua yang terletak di tepi kota kecil. Kabut tipis melayang-layang di antara batu nisan yang berjejer rapi, menciptakan suasana misterius di antara makam-makam yang terabaikan. Di malam itu, seorang pemuda bernama Arif mencoba mencari jalan pintas pulang setelah menghadiri acara di desa sebelah.
Arif berjalan sendirian melewati lorong-lorong sempit kuburan, diiringi hanya oleh gemuruh angin dan suara dedaunan kering yang berjatuhan. Cahaya bulan menghiasi langit, menyoroti batu-batu nisan yang terlihat seperti bayangan-bayangan yang menakutkan.
Namun, sesuatu terasa tidak beres. Arif merasa seolah-olah ada sesuatu yang mengikuti langkahnya. Dia mencoba menepis rasa takutnya dan mengucapkan kata-kata berulang kali, “Hanya bayangan, hanya bayangan,” sambil mempercepat langkahnya.
Saat Arif mencapai persimpangan yang gelap, dia melihat sosok bayangan yang tak dikenal berdiri di tengah jalan. Tubuhnya terlihat seperti sesosok wanita dengan gaun putih yang panjang. Wajahnya tidak terlihat, ditutupi oleh bayangan tebal. Arif merasa bulu kuduknya berdiri, dan napasnya tersengal-sengal.
“S-siapa kamu?” ucap Arif dengan suara gemetar.
Tak ada jawaban, hanya suara langkah kaki yang semakin mendekat. Arif mencoba melewati sosok itu, tetapi bayangan itu terus berpindah mengikuti setiap gerakannya. Hatinya berdegup kencang, dan dia merasa kebingungan di tengah kuburan sepi.
Arif memutuskan untuk berlari, tetapi setiap langkahnya tampaknya semakin memanjangkan bayangan yang mengejarnya. Dia berlari melewati barisan nisan, melewati salib-salib kayu tua, dan berusaha mencari jalan keluar dari kuburan yang semakin terasa seperti labirin yang menakutkan.
Ketika Arif hampir putus asa, dia tiba-tiba melihat sebuah batu nisan yang mencolok di antara yang lainnya. Pada batu nisan itu terukir nama seorang wanita dengan tanggal kematian yang sama dengan hari itu. Arif menyadari bahwa bayangan itu mungkin adalah roh wanita itu yang tersesat dan mencari keberadaannya.
Dengan berani, Arif berhenti dan berbicara dengan lembut, “Maafkan aku jika telah mengganggumu. Aku hanya mencari jalan pulang.”
Tiba-tiba, angin berhembus kencang, dan bayangan wanita itu perlahan-lahan menghilang. Kuburan yang sepi kembali sunyi, dan Arif merasa seolah-olah beban yang mencekiknya telah hilang.
Dengan hati-hati, Arif melanjutkan perjalanannya dan berhasil keluar dari kawasan kuburan. Dia melihat ke belakang sekali lagi sebelum meninggalkan tempat itu, merenungkan kejadian yang baru saja dialaminya. Kuburan sepi itu menyimpan misteri yang tak terduga, dan Arif yakin bahwa dia telah merasakan kehadiran roh yang sesat di malam itu.