Di sebuah desa kecil yang terletak di tengah hutan belantara, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Andi. Andi adalah anak yatim piatu yang tinggal bersama neneknya. Mereka hidup sederhana, namun penuh kasih sayang.
Pada suatu hari, saat Andi sedang menjelajahi hutan, dia menemukan sebuah lampu tua yang tersembunyi di bawah tumpukan daun kering. Lampu itu terlihat sangat kuno, dan Andi sangat penasaran. Dia membersihkan lampu itu dan tanpa sengaja menggosok permukaannya. Tiba-tiba, muncullah seorang jin yang mengejutkan Andi.
“Terima kasih telah membebaskan saya,” kata jin itu. “Sebagai balas budi, aku akan memberikanmu tiga keinginan.”
Andi sangat terkejut dan senang. Dia memikirkan dengan cermat apa yang ingin dia minta. Setelah beberapa saat berpikir, Andi berkata, “Untuk keinginan pertama, tolong beri makanan yang cukup untuk seluruh desa ini, sehingga tak ada lagi yang kelaparan.”
Jin itu mengangguk dan dengan cepat menjalankan permintaan Andi. Desa mereka segera dipenuhi dengan makanan yang berlimpah, dan tidak ada lagi orang yang kelaparan.
Untuk keinginan keduanya, Andi meminta, “Tolong berikan kita rumah-rumah yang nyaman untuk ditinggali, agar kami bisa hidup dengan lebih baik.”
Jin itu sekali lagi memenuhi permintaan Andi. Rumah-rumah yang indah dan nyaman pun muncul di seluruh desa, dan penduduk desa hidup dengan bahagia dalam rumah-rumah baru mereka.
Akhirnya, untuk keinginan ketiganya, Andi berkata, “Aku ingin agar lampu ini kembali seperti semula dan kau dapat bebas pergi.”
Jin itu tersenyum, dan dengan kilatan cahaya, lampu itu kembali ke bentuk lamanya. Jin pun menghilang, kembali ke dunianya sendiri.
Andi kembali ke desanya dengan senyum bahagia. Dia menceritakan semua yang terjadi pada neneknya, dan bersama-sama, mereka merasa bersyukur atas keajaiban yang telah terjadi. Desa mereka kini penuh dengan makanan, rumah yang nyaman, dan kebahagiaan. Dan Andi belajar bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya datang dari keinginan diri sendiri, tetapi juga dari membantu orang lain.
Dari hari itu, lampu ajaib itu tetap menjadi warisan berharga bagi desa mereka, mengingatkan mereka akan keajaiban kebaikan dan kasih sayang. Dan Andi, yang tahu bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat diukur dengan harta benda, tetap hidup dengan hati yang penuh cinta dan kepedulian terhadap sesama.