Kata-kata hukuman dan disiplin kadang-kadang digunakan secara bergantian. Orang sering salah mengira bahwa kedua kata tersebut memiliki arti yang sama. Namun, ada dua jenis disiplin positif dan disiplin negatif.
Dengan disiplin positif, Anda mengajarkan seorang anak bagaimana memperbaiki perilaku mereka, dan membuat pilihan yang lebih baik untuk mencegah perilaku yang tidak patuh.
Disiplin negatif adalah apa yang kita sebut sebagai hukuman. Hukuman melibatkan memberikan bentuk penderitaan kepada anak Anda sebagai balasan atas perilaku tidak patuh mereka.
Ini bukan berarti disiplin harus sepenuhnya positif bagi anak Anda. Tetapi, harus ada momen pembelajaran yang jelas dalam konsekuensi negatif tersebut.
Mari kita lihat perbandingan disiplin vs. hukuman untuk memberikan pemahaman yang lebih luas tentang konsep-konsep tersebut.
Poin Penting
- Disiplin mengajarkan anak-anak tentang aturan, membuat pilihan yang baik, dan memahami konsekuensinya, sementara hukuman hanya menyebabkan penderitaan atas perilaku yang tidak patuh.
- Ada lima jenis disiplin yang berbasis batasan, positif, modifikasi perilaku, pelatihan emosi, dan disiplin yang lembut, yang dapat dipilih berdasarkan situasi.
- Disiplin yang efektif melibatkan menjadi contoh positif, menggunakan penguatan positif, konsisten, dan menyesuaikan metode yang sesuai dengan usia.
- Berfokus pada disiplin daripada hukuman membantu anak-anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, percaya diri, dan menghormati orang lain yang memahami konsekuensi dari tindakan mereka.
Apa Itu Hukuman?
Hukuman adalah konsekuensi sepenuhnya negatif sebagai tanggapan terhadap tindakan seorang anak. Hukuman mungkin dapat menghentikan perilaku pada saat itu, tetapi itu tidak akan mengajarkan anak Anda keterampilan yang mereka butuhkan untuk membuat pilihan yang lebih baik di masa depan.
Masalah-masalah dengan Hukuman
Hukuman, oleh sifatnya, bersifat negatif, dan itu bisa menjadi sumber kebingungan bagi seorang anak. Ini terutama benar jika kata-kata dan tindakan seorang pengasuh tidak sejalan.
Mari kita lihat contohnya. Jika anak-anak Anda terlibat dalam perkelahian fisik, dan Anda memisahkan mereka, berteriak pada mereka karena berkelahi, dan memukul mereka berdua, Anda akan:
Mengajarkan kepada anak Anda bahwa penting bagi Anda untuk menggunakan kekerasan fisik terhadap mereka, tetapi tidak benar bagi mereka untuk melakukannya kepada orang lain.
Melewatkan kesempatan untuk mengajarkan anak Anda cara menyelesaikan konflik tanpa menggunakan kekerasan.
Mengimplikasikan bahwa anak Anda tidak dapat mengendalikan diri, dan bahwa Anda harus mengambil alih perasaan mereka untuk mereka.
Jika seorang anak dipukul dan/atau diteriaki setiap kali mereka melakukan sesuatu yang salah, mereka bisa:
- Menjadi takut terhadap pengasuh mereka.
- Memilih dengan sengaja untuk mengejar perilaku negatif karena mereka menganggap mereka akan mendapat masalah apa pun.
- Mulai menderita kecemasan karena kesalahan kecil dapat mengakibatkan hukuman.
- Mulai berpikir tentang diri mereka sebagai orang yang buruk, bukan sebagai seseorang yang telah membuat beberapa pilihan buruk tetapi tetap baik.
- Menginternalisasi dan menyimpan rasa sakit hati terhadap orang yang menghukum mereka.
Apa Itu Disiplin?
Ketika memikirkan perbedaan antara hukuman dan disiplin, selalu pertahankan pemikiran positif.
Disiplin adalah cara yang pada dasarnya lebih positif dalam menghadapi seorang anak yang berperilaku buruk. Alih-alih menghukum seorang anak karena membuat keputusan yang buruk, disiplin mengajarkan kepada mereka untuk membuat pilihan yang benar untuk diri mereka sendiri.
Apa Itu Lima Jenis Disiplin?
Ada lima jenis disiplin utama.
Anda sebaiknya tidak hanya memilih satu dan mempertahankannya, karena beberapa situasi memerlukan disiplin yang lebih kuat daripada yang lain.
Sebaliknya, Anda dapat memilih dan memadukan antara lima jenis disiplin ini sesuai dengan situasi tertentu.
1. Disiplin Berdasarkan Batasan
Menggunakan disiplin berdasarkan batasan berarti menetapkan seperangkat aturan.
Kemudian memberikan anak Anda pilihan untuk mematuhi aturan atau menghadapi konsekuensinya.
Bagaimana cara ini berfungsi dalam kehidupan nyata? Anda mungkin memiliki seorang anak yang enggan membersihkan mainannya. Untuk mengatasi ini dengan disiplin berdasarkan batasan, Anda akan menetapkan aturan yang harus dipatuhi anak Anda, beserta konsekuensinya jika mereka tidak melakukannya.
Dalam kasus ini, Anda bisa mengatakan, “Jika kamu tidak membersihkan mainanmu, maka kamu tidak boleh menonton TV setelah makan malam.” Ini memberikan pilihan yang jelas bagi anak Anda. Mereka bisa melakukan apa yang diminta atau memilih untuk tidak melakukannya.
Namun, jika mereka memilih untuk tidak melakukannya, akan ada konsekuensi.
2. Disiplin Positif
Disiplin Positif Menggunakan disiplin positif dianggap oleh beberapa orang sebagai pendekatan “lembut” atau membiarkan anak mengambil inisiatif.
Namun, terkadang hasil terbaik dapat diperoleh dengan bekerja sama dengan anak Anda, dan membimbing mereka untuk menemukan solusi mereka sendiri.
Bayangkan lagi bahwa anak Anda mengatakan bahwa mereka tidak ingin merapikan mainan mereka. Pendekatan disiplin positif mungkin melibatkan Anda mengakui bahwa mereka tidak ingin membersihkan. Kemudian Anda akan mengatakan, “Meskipun saya memahami perasaanmu, meninggalkan mainan di lantai bukanlah pilihan.” Pada titik ini, Anda akan menanyakan kepada anak Anda apa yang menurut mereka bisa Anda lakukan bersama-sama untuk membantu mereka merapikan mainan mereka.
Ini bukan sama dengan meminta anak Anda untuk merapikan mainan mereka, lalu mereka menolak dengan kasar, dan Anda melakukannya sendiri.
Ini menunjukkan kepada anak Anda bahwa Anda menghormati perasaan mereka dalam hal ini, tetapi aturan harus diikuti, sehingga mereka harus menemukan cara untuk mengikuti aturan tersebut.
3. Modifikasi Perilaku
Modifikasi Perilaku Modifikasi perilaku melibatkan pujian kepada anak Anda dan memperkuat perilaku baik sambil mengabaikan perilaku buruk.
Dengan anak yang tidak ingin merapikan mainan, Anda mungkin mengingatkan mereka bahwa mereka akan pergi ke taman di sore hari, tetapi hanya setelah mereka merapikan.
Jika anak Anda kemudian memutuskan untuk membersihkan, mereka akan mendapat pujian atas tindakan tersebut, dan bisa pergi ke taman seperti biasa.
Jika mereka menunjukkan perilaku negatif atau menolak untuk melakukannya, Anda akan mengabaikan perilaku tersebut, dan mereka tidak akan pergi ke taman.
4. Melatih Emosi
Pelatihan Emosi Pelatihan emosi adalah bentuk disiplin yang fokus pada membantu anak-anak mengenali dan mengidentifikasi emosi mereka.
Pada intinya adalah teori bahwa baik orang tua maupun anak bebas untuk mengalami berbagai emosi. Anda tidak memberi tahu anak Anda bahwa mereka harus merasa dengan cara tertentu.
Sebaliknya, tanggung jawab orang tua adalah mengamati anak mereka, dan membuat hubungan antara perilaku dan emosi.
Kemudian orang tua seharusnya terhubung dengan anak mereka, dan tidak mengabaikan perilaku yang tidak patuh.
Setelah itu, Anda membantu anak Anda untuk memberi label pada emosi mereka dan bekerja bersama-sama untuk menemukan cara untuk mengatasi perasaan mereka.
Dalam contoh “rapikan mainanmu,” Anda akan memberitahu anak Anda bahwa Anda mengerti bahwa mereka kesal tentang membersihkan.
Kemudian Anda mendorong mereka untuk berbagi perasaan mereka dengan Anda sebelum mencari solusi yang membuat mereka merapikan mainan, tetapi juga menghormati perasaan mereka.
5. Disiplin yang Gentle
Disiplin yang gentle mengandalkan pengalihan perhatian untuk mencegah anak-anak melakukan perilaku buruk. Ini bisa sangat efektif dengan anak-anak yang belum cukup tua untuk memahami konsep tindakan dan konsekuensinya.
Disiplin yang gentle paling berguna dalam merespons momen perilaku buruk.
Jika anak Anda melampiaskan emosinya daripada merapikan mainannya, Anda mungkin bisa mengubahnya menjadi sebuah permainan. Ide utamanya adalah memecah momen perilaku buruk, dan mengalihkan energi anak Anda ke arah yang lebih positif.
Bagaimana Anda Mendisiplinkan dan Tidak Menghukumi Anak Anda ?
Menerapkan Disiplin dan Tidak Hukuman Bisa Menjadi Tantangan Menerapkan disiplin dan tidak hukuman bisa menjadi hal yang sulit, terutama jika Anda sendiri pernah dihukum daripada didisiplinkan ketika masih anak.
Namun, disiplin memiliki banyak bentuk, dan cara untuk mendisiplinkan seorang anak secara lebih efektif adalah perjalanan yang selalu berkembang bagi sebagian besar orangtua. Tidak ada yang sempurna, dan bahkan dengan niat terbaik, hukuman dapat terjadi dalam momen panas.
Jadi, bagaimana cara Anda menggunakan disiplin dan bukan hukuman?
1. Jadilah Contoh
Menyajikan perilaku baik untuk anak Anda adalah komponen penting dari disiplin yang efektif (8). Jika Anda tidak mampu berperilaku dengan benar, mengikuti aturan, mengendalikan atau mengarahkan emosi Anda, dan membuat pilihan yang baik, bagaimana Anda bisa mengharapkan hal yang sama dari anak Anda?
Selain berperilaku sebagai contoh yang baik, Anda juga harus jujur tentang kesalahan Anda sendiri. Jika Anda “tergelincir” dan membuat pilihan perilaku yang buruk, akui itu kepada anak Anda. Beritahu mereka bahwa Anda telah memilih jalan yang salah.
Kemudian, jelaskan bagaimana Anda berharap telah membuat keputusan yang benar.
Dewasa yang mampu mengakui kesalahan mereka dan meminta maaf atasnya adalah contoh yang sangat baik.
2. Gunakan Pendekatan Positif dan Penguatan Positif
Bila memungkinkan, tunjukkan perilaku baik yang ditunjukkan oleh anak Anda, dan pujilah mereka karena membuat keputusan yang baik.
Alih-alih mengambil sesuatu sebagai hukuman, berikan sesuatu sebagai hadiah atas perilaku positif. Ini bisa sesederhana menjaga anak bangun setengah jam lebih lama dari biasanya, atau pergi ke taman secara tiba-tiba.
Usahakan untuk tidak mengaitkan penguatan positif ini langsung dengan satu hal yang baik, atau dengan menahan diri dari perilaku yang sangat negatif.
Jangan mengatakan, “Kamu tidak bertengkar dengan saudaramu hari ini. Bagus sekali, ayo pergi ke taman.”
Sebaliknya, Anda akan mengatakan, “Saya melihat kamu dan saudaramu sudah lebih baik berhubungan minggu ini. Itu bagus untuk dilihat. Bagaimana kalau kita merayakannya dengan pergi ke taman?”
3. Jadilah Konsisten
Pentingnya konsistensi tidak bisa cukup ditekankan. Seorang anak yang diperbolehkan melakukan sesuatu pada satu hari seharusnya tidak didisiplinkan untuk melakukan hal yang sama pada hari berikutnya.
Jika aturan memang harus berubah, jelaskan kepada anak Anda bahwa aturan telah berubah. Saat tepat, beritahu mereka juga mengapa aturan tersebut berubah. Kemudian beritahu anak Anda apa yang diharapkan dari mereka, dan minta mereka menjelaskan kembali seluruh hal tersebut kepada Anda untuk menunjukkan pemahaman mereka.
Terakhir, tergantung pada alasan perubahan tersebut, pertimbangkan memberi mereka pengertian atau peringatan pertama jika aturan baru atau yang berubah dilanggar. Ini sangat membantu jika sesuatu yang telah lama dianggap dapat diterima tiba-tiba menjadi sesuatu yang tidak boleh mereka lakukan lagi. Mereka mungkin memerlukan sedikit waktu untuk belajar. Seperti yang dijelaskan dalam video ini, penting bagi semua pengasuh untuk konsisten dalam rencana disiplin. Ketika, misalnya, orangtua, pengasuh, dan kerabat yang lebih jauh memiliki harapan dan strategi yang berbeda, anak menerima pesan yang bertentangan dan tidak tahu bagaimana berperilaku.