Dengan meningkatkan kesadaran tentang perundungan di sekolah karena meningkatnya jumlah siswa sekolah menengah dan sekolah menengah yang menyimpan pemikiran bunuh diri pada tahun 1990-an, para peneliti dan staf pengajar mengubah paradigma dalam melihat perundungan di sekolah hanya sebagai kekerasan fisik semata.
Yaitu, dengan mempublikasikan penelitian ilmiah baru dan wawasan praktis mengenai perundungan di sekolah yang diperoleh dari para guru, diakui bahwa ada spektrum luas perilaku perundungan atau pelecehan yang awalnya tidak terlihat, atau dianggap tidak berbahaya, tanpa menyadari efek mental atau psikologis yang dapat ditinggalkan pada siswa.
Mengingat seriusnya efek perundungan yang bisa sangat besar, dan berbahaya dalam jangka panjang, tanpa memandang tingkat pendidikan anak, penting untuk mengenal jenis perundungan sehingga dapat mencegah atau menghentikannya.
Teks di bawah ini akan mencoba mendefinisikan jenis-jenis perundungan di sekolah, tanda-tanda bahwa seorang anak telah mengalami atau sedang mengalami perundungan di sekolah, serta bagaimana orangtua dapat mencegah perundungan atau pelecehan terhadap anak mereka.
Baca juga Pentingnya Sebuah Keluarga
Jenis-jenis perundungan yang sebaiknya diketahui oleh orangtua
Menurut Pusat Nasional Melawan Perundungan, perundungan didefinisikan sebagai: “penggunaan berulang dan sengaja dari kekuasaan dalam hubungan melalui perilaku verbal, fisik, dan/atau sosial yang bermaksud menyebabkan kerusakan fisik, sosial, dan/atau psikologis. Ini bisa melibatkan individu atau kelompok yang salah menggunakan kekuasaan mereka, atau kekuasaan yang dirasakan, atas satu atau lebih orang yang merasa tidak mampu menghentikannya.”
Dengan definisi ini dalam pikiran, mudah untuk melihat bahwa masalah perundungan di sekolah sangat kompleks baik bagi orangtua maupun guru, yang harus secara rutin memantau potensi ledakan baik di antara pelaku perundungan maupun korban perundungan.
Ada berbagai jenis perundungan di sekolah, dan variasinya semakin berkembang dengan munculnya Internet dan perkembangan teknologi digital ketika para pemuda diperkenalkan pada dunia media sosial. Enam jenis perundungan di sekolah yang paling umum meliputi:
1. Perundungan Fisik
Perundungan fisik adalah yang paling dikenal dibandingkan dengan jenis lainnya, karena mudah dikenali. Bentuk perundungan yang paling jelas melibatkan serangan fisik yang dapat muncul dalam beberapa cara, termasuk:
- Pukulan
- Tamparan
- Tendangan
- Menghalangi
- Mendorong
- Menggeser
- Menjatuhkan
- Menghancurkan/mengrusak barang/milik siswa lain atau mencurinya
- Gigitan
- Menarik rambut
- Meludahi
- Menunjukkan gerakan tangan kasar
- Menyentuh orang lain tanpa izin mereka
Menyebabkan cedera fisik apa pun pada orang lain adalah kejahatan, dan konsekuensinya bisa signifikan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Selain itu, konsekuensi perundungan fisik tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga psikologis yang sering tercermin sebagai trauma yang “menghantui” seseorang sepanjang hidupnya.
Anak-anak yang paling sering menjadi korban perundungan adalah yang fisiknya lebih lemah, memiliki disabilitas, atau memiliki sifat-sifat kepribadian tertentu, seperti pemalu, tidak aman, dan meragukan diri.
2. Perundungan Verbal
Berbeda dari perundungan fisik yang meninggalkan efek fisik dan psikologis, penelitian menunjukkan bahwa perundungan verbal secara signifikan memengaruhi kesehatan mental anak dan perkembangan kepribadian mereka.
Perundungan verbal merupakan salah satu pemicu depresi dan pemikiran bunuh diri yang signifikan pada remaja, dan salah satu tantangan terbesar bagi pendidik adalah bahwa bentuk perundungan ini seringkali tidak terdeteksi.
Biasanya terjadi ketika tidak ada orang dewasa di sekitarnya, dan tujuannya adalah untuk mempermalukan korban secara publik.
Pelecehan verbal paling sering menggunakan kata-kata kasar seperti:
- Pemanggilan nama (penggunaan nama-nama kasar dan merendahkan)
- Penodaan
- Penghinaan
- Ancaman cedera fisik
- Penyebaran rumor
Korban paling umum dari jenis perundungan ini adalah anak-anak dengan kebutuhan khusus, anak-anak dengan kesulitan belajar, atau anak-anak dengan disabilitas.
3. Perundungan Sosial / Perundungan Hubungan / Perundungan Tersembunyi / Perundungan Emosional
Meskipun jenis perundungan ini memiliki beberapa nama/denominasi tergantung pada klasifikasinya, karakteristiknya adalah perilaku perundungan yang sama, termasuk:
- Penyisihan yang halus dari masyarakat
- Mengabaikan seseorang
- Menunjukkan ekspresi wajah atau gestur fisik negatif (menggelengkan kepala, memalingkan punggung pada orang yang berbicara)
- Mendorong anggota kelompok lain untuk menyisihkan orang yang diperundung
- Menggoyahkan pertemanan dengan menyebarkan rumor
- Menghancurkan reputasi sosial seseorang dengan menciptakan situasi di mana korban perundungan akan dihina
Masalah dan tantangan terbesar terkait dengan jenis perundungan ini adalah sulit diidentifikasi karena kompleksitas hubungan antarpribadi.
Selain itu, baik penelitian maupun praktik menunjukkan bahwa jenis perundungan ini lebih umum terjadi di antara anak perempuan yang sering menggunakan metode perundungan yang berbeda/lebih halus karena ketidakmampuan fisik untuk menyebabkan rasa sakit fisik pada korban.
4. Perundungan Online
Perundungan daring melibatkan pengiriman kata-kata kasar, foto, ancaman, fitnah, dan rumor kepada seseorang oleh satu atau lebih orang di media sosial dan situs web lain melalui pesan atau postingan, dengan menggunakan teknologi digital seperti komputer, laptop, atau ponsel cerdas.
Secara khusus, Johatan Heidt, seorang profesor di Universitas New York, dan salah satu inisiator kampanye anti-perundungan, menyajikan data signifikan dalam buku yang ia tulis, “The Coddling of the American Mind: How Good Intentions and Bad Ideas Are Setting Up a Generation for Failure,” yang menunjukkan bahwa peningkatan partisipasi kaum muda di media sosial telah menyebabkan peningkatan tingkat depresi, terutama di kalangan remaja perempuan.
Selain efek negatif beragam dari media sosial, Heidt sering kali menyebut masalah perundungan daring dalam penampilan publiknya.
Heidt menjelaskan bahwa otak kita, terutama otak remaja yang masih berkembang, tidak dapat secara evolusioner memprediksi pertumbuhan eksponensial dari kelompok orang yang mendukung kita pada suatu saat, hanya untuk mengejek kita pada saat lain.
5. Perundungan Seksual
Ini mencakup perundungan fisik, tetapi juga perundungan verbal yang difokuskan pada seksualitas anak. Jenis perundungan ini mudah diidentifikasi karena aktivitas spesifik yang digunakan oleh pelaku perundungan sebagai senjata:
- Memberi julukan dengan konotasi seksual
- Menyentuh seseorang tanpa persetujuan mereka dengan cara seksual
- Mengunggah materi eksplisit/pornografi yang dapat secara publik merendahkan orang yang ada dalam materi tersebut, menghancurkan reputasi mereka, atau membuat mereka terganggu
- Memberikan komentar kasar dalam bentuk slut-shaming atau body-shaming
- Menyebar rumor dengan konotasi seksual
- Cemoohan seksis
Harus ditekankan bahwa orangtua dan pendidik wajib segera bereaksi terhadap tanda-tanda perundungan seksual, karena perundungan ini dengan mudah bisa berkembang menjadi pelecehan seksual.
Namun, dengan atau tanpa pelecehan seksual, perundungan seksual itu sendiri sudah cukup traumatik dan meninggalkan luka emosional dan mental permanen, oleh karena itu masalah jenis ini harus segera diatasi.
6. Perundungan Prasangka
Seperti yang diisyaratkan oleh istilah itu sendiri, perundungan prasangka mengimplikasikan perilaku prasangka dan perundungan terhadap orang dari budaya, status sosial, agama, ras, atau orientasi seksual yang berbeda.
Dengan kata lain, jika kita ingin mencari akar masalah, kita harus terutama melihat pada orangtua dan komunitas di mana pelaku perundungan tumbuh.