Pertengkaran Gajah dan Singa

Suatu hari di hutan yang rimbun, terjadi pertengkaran sengit antara seekor gajah besar dan seekor singa gagah. Keduanya adalah penguasa hutan dan sama-sama tidak ingin ada yang menganggu wilayahnya. Namun, ego dan keangkuhan membuat mereka tidak bisa mencapai kesepakatan.

Semuanya dimulai ketika gajah, yang bernama Guntur, sedang berjalan-jalan santai di sekitar sungai yang mengalir di tengah hutan. Tiba-tiba, dari balik semak-semak muncullah singa bernama Rajawali. Rajawali merasa terusik karena Guntur memasuki wilayahnya.

“Dengar, Gajah! Ini adalah wilayahku. Jangan berani-berani masuk ke sini tanpa izinku!” seru Rajawali dengan marah.

Guntur, yang memang memiliki ukuran tubuh yang lebih besar, merasa kesal mendengar ancaman dari singa tersebut. “Ah, sungguh berlebihan kau, Rajawali! Hutan ini adalah tempat kita bersama, dan aku memiliki hak untuk berada di mana saja yang aku mau!” jawab Guntur dengan keras.

Pertengkaran mereka semakin memanas saat keduanya sama-sama tidak ingin mengalah. Guntur dengan gigih mempertahankan kehormatannya sebagai raja hutan, sementara Rajawali merasa perlu membuktikan bahwa ia adalah penguasa yang perkasa dan tidak bisa diintimidasi oleh siapa pun.

Mereka memutuskan untuk mengadu kekuatan dalam sebuah perlombaan. “Baiklah, Gajah! Kita akan melihat siapa yang lebih cepat dan tangkas di hutan ini,” tantang Rajawali.

Dalam perlombaan itu, mereka harus berlari melewati rintangan-rintangan yang ada di hutan, memanjat pohon tinggi, dan menyeberangi sungai yang deras. Walaupun Guntur lebih lambat daripada Rajawali dalam berlari, namun ia sangat ahli dalam mengatasi rintangan-rintangan di hutan berkat tubuhnya yang besar dan kuat.

Perlombaan itu pun dimulai. Rajawali melesat cepat, seperti kilat yang menyambar hutan, sedangkan Guntur dengan mantap bergerak maju walau langkahnya lebih lambat. Keduanya saling berusaha menunjukkan kehebatan mereka masing-masing.

Namun, ketika sampai pada tantangan memanjat pohon, Rajawali mulai mengalami kesulitan. Kakinya yang kuat belum sekuat taringnya, sehingga seringkali ia tergelincir. Sementara itu, Guntur dengan lincah mengatasi tantangan itu dengan bantuan belalainya yang panjang dan tangguh.

Ketika mereka berada di tepi sungai yang deras, Rajawali terlihat ragu untuk menyeberang, karena ia tidak terlalu pandai berenang. Guntur, yang tak perlu ragu-ragu, dengan anggun menyeberangi sungai dengan memakai belalainya sebagai alat bantu.

Akhirnya, Guntur berhasil menyelesaikan semua tantangan dan mencapai garis finish dengan anggun. Sedangkan Rajawali, terpaksa harus mengakui keunggulan Guntur.

Dengan kepala tegak tinggi, Guntur berkata, “Kita tidak perlu bertengkar, Rajawali. Kedua kita adalah raja di hutan ini dengan keunikannya masing-masing.”

Rajawali, yang terengah-engah, menatap Guntur dengan takjub. “Kau benar, Gajah. Aku telah terlalu terpaku pada keangkuhan dan hampir kehilangan akal sehat. Maafkan aku,” ucap Rajawali dengan rendah hati.

Mendengar permintaan maaf itu, Guntur tersenyum. “Tidak ada masalah, Rajawali. Kita bisa hidup berdampingan dan saling menghormati sebagai raja di hutan ini,” kata Guntur bijaksana.

Setelah itu, kedua raja hutan itu berjalan bersama, berkeliling di wilayah hutan yang indah. Mereka belajar untuk saling menghargai dan saling melengkapi keunikan masing-masing. Pertengkaran di antara mereka menjadi pelajaran berharga bahwa ego yang berlebihan dan keangkuhan tidak akan membawa kebaikan bagi siapa pun.

Kisah tentang pertengkaran gajah dan singa di hutan menjadi legenda yang terkenal di antara makhluk-makhluk hutan lainnya. Mereka belajar untuk hidup berdampingan dengan damai dan menjaga keharmonisan alam di hutan yang mereka cintai.

Berdiri sejak 2017, Busa Pustaka hingga saat ini telah memberikan akses baca hingga ribuan anak di Provinsi Lampung. Berawal dari tak sampai sepuluh buku dan saat ini memiliki koleksi ribuan buku anak yang terus ingin ditambah demi memfasilitasi banyak anak membaca.

Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

Scroll to Top