“Ya semoga buku anda laris manis ya Kak Mitha,” tukasnya.
Aku tersipu mendengarnya. Seulas senyum simpul mengembang dari bibirku. “Terima kasih doanya. Makasih.”
“Ya udah Kak, aku pamit dulu. Semisal, Kak Mitha menulis buku lagi bolehkah aku menjadi salah satu karakter di novel Kakak.”
“Ya, tentu saja…” Wanita itu tersenyum puas.
Geri, editor bukuku, kemudian memanggilku. “Mit!” Aku menengok ke arah Geri.
“Iya, sebentar. Aku lagi melayani fansku nih.”
“Fans apa?!”
Baca juga : Kisah seorang pria yang bunuh diri
Hehehe… Aku nyengir kuda. Kemudian aku berbalik kepada wanita itu. Baru saja aku mau bilang maaf, namun wanita itu sudah pergi menghilang dari pandanganku. Aduh ke mana ya dia? Aku mengangkat bahu. Entahlah, mungkin dia sedang buru-buru jadi nggak sempat pamit sama aku.
Aku menghampiri Geri. Geri segera bertanya padaku, “Kamu ngomong sama siapa?”
“Biasa. Fans.” Aku menyahut pertanyaan Geri.
“Fans apa? Nggak ada orang tadi,” sahut Geri kalap, “Kamu cuman ngomong seorang diri.”
“Hah, masak sih?”
Beep. Panggilan masuk. Aku mengangkat handphoneku.
“Hallo?”
“Mbak, kapan-kapan aku jadi tokoh utama di buku horor kamu ya… Ihihihi…” suara tersebut langsung berkata. Dalam, dan mengerikan.
Seketika itu juga bulu kudukku meremang. “Ger, sebaiknya kita pergi deh dari sini.”
Seperti bisa membaca pikiranku. Geri mengangguk. Dia dan aku berjalan bersama.
Tim redaksi Cerpen Horor
Sumber : ceritapendekhoror.blogspot.com