Oleh Kak Dini Kaeka Sari
“Huh! Sebel!” gerutu Dodi tiap pagi ketika sampai di sekolah. “Aku juga lagi sebel,” jawab Tomi yang sedang duduk di bangku sebelah Dodi dengan muka tertekuk dan tangan menopang wajahnya. “Pasti masih menyebalkan ceritaku. Mamaku itu tiap pagi selalu cerewet. Aku disuruh bangun pagilah, cepat mandilah, sarapan dan minum susulah, padahal aku ‘kan masih ngantuk. Jam lima pagi aku sudah dibangunkan. Huh! Aku benci mama pokoknya.” “Hah? Kok sama sih? Tapi pasti mamaku yang lebih cerewet. Sarapanku harus habis, selalu banyak sayurnya pula, aku ‘kan tidak suka.” “Tempat tidurku juga harus sudah rapi ketika aku bangun. Kamu tahu ‘kan, acara TV pagi-pagi itu bagus-bagus filmnya.”
“Aku juga sebel sama mama.” Keesokan harinya Dodi tidak masuk sekolah. Tomi duduk sendirian di bangku kelas, dan masih dengan perasaan sebal seperti pagi-pagi sebelumnya. Tiga hari berikutnya Dodi masuk sekolah telat sekali. Diantar papanya yang terlihat kelelahan dengan pakaian seragam kerja yang juga terlihat tidak disetrika terlalu rapi. Dodi jadi lebih pendiam sekarang. Ketika waktu pulang tiba, tidak seperti biasanya, Dodi masih juga dijemput papanya yang masih sama kelihatan lelah seperti ketika mengantar sekolah tadi pagi. Tomi jadi bertanya-tanya sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi pada Dodi dan papanya itu.
Satu minggu berlalu dan Tomi tak pernah sekalipun mendapati Dodi masuk kelas. Maka, suatu hari saat pelajaran berlangsung di kelas, Tomi memberanikan diri bertanya kepada gurunya. “Bu, sebenarnya Dodi ke mana? Kenapa lama sekali tidak masuk sekolah?” Ibu Guru berhenti menerangkan dan menulis di papan, lalu nampak wajah prihatinnya. “Ibu Dodi sedang dalam perawatan serius dokter di rumah sakit anak-anak. Jadi sementara ini tidak ada yang membantu Dodi menyiapkan segala sesuatunya sama persis ketika ibunya masih sehat.
Termasuk mengantar jemput Dodi ke sekolah. Sementara papa Dodi harus tetap bekerja.” “Kita doakan saja ibu Dodi segera sehat ya, supaya Dodi bisa belajar lagi bersama kita di sekolah,” begitu Ibu Guru menutup kata-katanya dan melanjutkan kembali menerangkan pelajaran tadi.
Tomi tertegun. Dia baru menyadari betapa pentingnya keberadaan mama yang selalu siap sedia dan cekatan mengurusnya. Entah bagaimana nasibnya jika mamanya sakit seperti mama Dodi, dan Tomi memutuskan untuk tidak lagi sebal pada mama pagi hari berikutnya dan berikutnya, dan berikutnya lagi. Tomi akan bangun pagi, membersihkan tempat tidur, menghabiskan sarapan yang disiapkan mama dan memeluk mama setiap pagi. Tomi sangat sayang mama
Penerbit : Indonesia Bercerita